Kamis, 24 September 2009

Bahasa Diam


Bahasa diam

Kau menapaki pendaran kilau dirinya

Kelokan cabang dan lurus juga

Ada saat kau singgah di dirinya

Sebelum dan sesudah terlelap


Dirinya sebentuk hikmah

Tak bisa kau sentuh

Melainkan yakini keberadaannya


Ingatkah kau pada tiap tutur kata

Mengajari tentang sabda sahaja

Luluh seketika angkuhmu, kerasmu, jeruji jiwamu

Semenjak dirinya menghuni dirimu

Tercipta alunan syair meski kadang getir kau rasa


Hendaknya kau mengerti

Dirinya tak pernah lelah untuk kau bersandar

Getir diberikan agar kau selalu kembali

Khusyuk berdekatan dengan dirinya


Rabu, 09 September 2009

Diantara Sebelas



Satu buah keistimewaan kembali terjadi dalam siklus tahunan dalam hidup. Perjumpaan dengannya merubah segi – segi gerak hidup keseharian, banyak hal yang tadinya memiliki bobot boleh dilakukan, maka pada saat berjumpa menjadi tidak boleh dilakukan dengan catatan tertentu.

Perjumpaan menjadikan waktu mengalir menempa pribadi – pribadi agar memiliki kemampuan merasakan banyak hal yang terjadi di sekitarnya. Merasakan bagaimana dahsyatnya sebuah kelaparan dan kehausan yang jika dicermati merupakan upaya mengistirahatkan organ pencernaan setelah selama sebelas bulan terus saja bekerja. Merasakan kerasnya bertarung dengan indera batin setelah untuk beberapa lama dipenuhi ribuan daftar ambisi menjulang tinggi yang bersamanya nafsu serta kebodohan pikiran ikut larut mewarnai angan – angan. Merasakan nikmatnya mendapatkan kesempatan untuk bermesraan dengan keadaan serba dibatasi. Tiap perkataan, pikiran, gerakan dan lainnya diberi garis batas agar tidak menjadi kesia-siaan belaka melainkan menuju satu titik, yaitu perenungan makhluk kepada karunia Sang Maha Agung, penghambaan total dan pelepasan keangkuhan kerdil yang terkadang tanpa disadari mengikuti kemana langkah kaki berjalan menempuh labirin kehidupan.

Perjumpaan mengajak tiap pribadi untuk mengalami semacam pusat pusaran dalam diri berupa benteng pengendalian sehingga mampu meletakkan nafsu untuk memiliki lebih menjadi kesyukuran akan apa yang telah diberikan Sang Maha Pengasih. Kesadaran yang diperlukan untuk kembali mengarungi hidup di bawah naungan cahaya Sang Maha Cahaya. Kemudian dalam relung hati tiap pribadi akan dipenuhi kebahagian, yang sebagian diberikan langsung di dunia dan sebagian lagi diberikan saat berada pada taman – taman milik Sang Maha Penyayang sebagaimana yang dijanjikan kelak.

Pada waktu yang semakin merambat membawa perjumpaan ke arah perpisahan, diharapkan tiap pribadi akan menjelma menjadi selayaknya bayi yang terlahir kembali ke dunia. Begitu bersih, begitu bersinar, begitu indah. Sembari memanjatkan sembah doa kepada Sang Maha Agung agar masih diijinkan mengalami perjumpaan lagi dengan tamu istimewa bernama Ramadhan.